Text
IMPLEMENTASI PEER COUNSELING
Tulisan ini berawal dari penelitian tesis yang bermuara pada Peer Counseling. Penulis ingin menggali tentang bagaimana penerapan konseling sebaya yang ada disekolah khususnya bagi remaja. Buku ini berisi tentang permasalahan prososial remaja yang disentuh menggukan pendekatan konseling sebaya. Konseling sebaya merupakan perpanjangan dari konselor ahli yang telah mendapatkan bimbingan dan pelatihan secara khusus. Konsep konseling sebaya adalah tidak memberikan wewenang seutuhnya kepada konselor sebaya.
Buku ini berjudul “Implementasi Peer Counseling” dengan asumsi penulis ingin mengembangkan praktik konseling sebaya yang ada di sekolah. Buku ini berisikan tentang bagaimana penerapan konseling sebaya yang sesungguhnya. Mulai dari pemilihan calon konselor sebaya, proses konseling sebaya secara sederhana, dan hasil dari kegaitan konseling sebaya baik secara pribadi konseli maupun konselor. Tujuan penulisan buku ini adalah memberikan pemahaman tentang peran penting konselor sebaya dalam membantu terlaksananya program bimbingan konseling.
Bimbingan Konseling merupakan rumpun keilmuan yang berfokus pada aktifitas manusia yang bersifat memberikan bimbingan dan pengarahan. Counseling bermakna proses pemberian bantuan secara psikis seseorang yang bertujuan untuk meminimalisir perasaan gelisah atau menimilisir permasalahan yang dihadapi setiap individu. Sedangkan istilah konselor adalah digunakan untuk orang yang melakukan pembimbingan melalui proses konseling.
Peer Counseling adalah salah satu bagian dari bimbingan konseling yang membahas tentang konseling sebaya. Proses konseling sebaya ini sangat masih jarang ditemukan sehingga buku dan tulisan ini memberikan pemahan secara singkat tentang “Implementasi Peer Counseling”. Proses konseling sebaya adalah bentuk bantuan yang diberikan kepada konseli yang bermasalah dengan catatan konselor sebaya telah diberikan pelatihan dan bimbingan secara langsung oleh konselor ahli.
Penerapan peer conseling masih jarang dilaksanakan di sekolah maupun instansi tertentu. Hal ini disebabkan karena berbagai alasan salah satu diataranya sulitnya menjaga kepercayaan antar teman sebaya, kurangnya profesional dalam mengaplikasikan program konseling, dan lain sebagainya. Peserta didik, mahasiswa, atau selevelnya yang telah dipilih menjadi konselor sebaya membutuhkan slesksi dan pelatihan khusus dari konselor ahli. Disamping itu konselor ahli perlu adanya kerjasama dengan pihak psikolog, karena ada beberapa tes yang harus dilalui oleh calon konselor sebaya, salah diantaranya adalah tes psikotes dan sosiometri.
No copy data
No other version available